Minggu, 31 Agustus 2014

MAKALAH TENTANG OSTEOPOROSIS DAN OSTEOAKRITIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Saat manusia mulai memasuki usia lanjut, maka akan banyak sekali penyakit yang mulai menyerang. Ini dikarenakan pada saat manusia masuk dalam fase itu, fungsi kekebalan didalam tubuh manusia mulai menurun. Sehingga banyakpenyakit yang masuk. Mulai dari penyakit yang kecil hingga yang mematikan. Salah satu penyakit yang sering menyerang adalah penyakit osteoporosis.
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang ( Tandra, 2009). Di Indonesia 19,7% dari jumlah lansia atau 3,6 juta otang diantaranya menderita osteoporosis.
Hal ini mengakibatkan banyak studi tentang pencegahan osteoporosis, salah satunya dilakukan oleh Maha Sari Karolina mahasiswi dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Dalam skripsinya ada beberapa tindakan-tindakan yang dapat mencegah osteoporosis.
Selain osteoporosis ada juga penyakit yang sering menyerang para lansia yaitu osteoarthritis. Osteoartritis adalah penyakit sendi yang sering diderita dewasa madya hingga lansia dengan keluhan utama nyeri kronis yang menimbulkan cemas dan depresi serta ketidakberdayaan. Nyeri kronis ini akan mempengaruhi aktivitas, sosial, spiritual dan psikologis yang akan membuat penderitanya mengalami stres. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun.5 Untuk osteoarthritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.
Dengan adanya berbagai masalah tersebut maka penulis berinisiatif membuat makalah tentang osteoporosis dan osteoarthritis. Sehingga bagi orang yang belum mengetahui tentang kedua penyakit ini, dapat mengetahui dan memahami tentang kedua penyakit ini. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa penyebab dan cara mencegah dari kedua penyakit tersebut.


1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana penjelasan tentang penyakit osteoporis?
1.2.2        Bagaimana osteoporis dapat menyerang lansia dan bagaimana cara mencegahnya?
1.2.3        Bagaimana penjelasan tentang penyakit osteoarthritis?
1.2.4        Bagaimana osteoarthritis dapat menyerang lansia dan bagaimana cara mencegahnya?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Dapat  mengetahui apa itu osteoporosis
1.3.2        Dapat  mengetahui penyebab dan cara mencegah osteoporosis
1.3.3        Dapat  mengetahui apa itu osteoarthritis
1.3.4        Dapat  mengetahui penyebab dan cara mencegah osteoarthritis















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Osteoporosi
Penyakit Osteoporosis (OP) atau pengeroposan tulang adalah berkurangnya ketebalan tulang dan rusaknya mikroarsitektur tulang menjadikan tulang mudah patah. Tulang akan tampak berlubang-lubang atau berpori-pori. Penyakit ini menimpa jutaan manusia, misalnya di Amerika Serikat didapati sekitar 28 juta penderita OP dan penyakit berupa patah tulang dijumpai pada 1,5 juta penderita. Sebagian besar (80%), penderita OP adalah wanita.
Tulang yang kita miliki selalu berubah yaitu ada yang dirusak dan ada pembentukan tulang baru sebagai penggantinya. Tulang dibentuk oleh suatu struktur bangunan yang mirip sarang lebah dan dipenuhi oleh kalsium serta mineral lainnya. Sampai batas usia 20 – 25 tahun proses pembentukan tulang dari kalsium dalam makanan mencukupi untuk pergantian tulang yang rusak. Masa puncak tulang yang baik dicapai pada usia diatas 25 tahun, dan sedikit demi sedikit masa tulang ini akan berkurang setelah menginjak usia diatas 40 tahun. Setelah henti haid (menopause) maka seorang wanita mengalami penurunan masa tulang yang sangat tajam. Hal ini diakibatkan oleh penurunannya kadar hormon estrogen.
Tulang dengan masa yang makin berkurang itu akan rentan terhadap kejadian patah tulang walaupun diakibatkan oleh benturan ringan. Pada kenyataannya, patah tulang ini mungkin merupakan salah satu pertanda adanya OP.
Menurut Wisnu Wardana dalam tugas akhirnya mengatakan bahwa, osteoporosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)      Osteoporosis primer
Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya. Pada tahun 1983, Riggs dan Melton membagi osteoporosis primer menjadi 2 tipe, yaitu Osteoporosis tipe I dan osteoporosis tipe II.
Osteoporosis tipe I disebut juga osteoporosis pasca menopause. Osteoporosis tipe ini disebabkan oleh defisiensi estrogen akibat menopause. Osteoporosis tipe II disebut juga osteoporosis senilis, disebabkan oleh gangguan absorpsi kalsium di usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang mengakibatkan timbulnya osteoporosis.    
Namun pada sekitar tahun 1990, Riggs dan Melton memperbaiki hipotesisnya dan mengemukakan bahwa estrogen menjadi faktor yang sangat berperan pada osteoporosis primer, baik pasca menopause maupun senilis.
2)      Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui penyebabnya, yaitu terjadi karena adanya penyakit lain yang mendasari, defisiensi atau konsumsi obat yang dapat menyebabkan osteoporosis.

2.2  Penyebab Osteoposis
Penyebab utama osteoporosis adalah gangguan dalam remodeling tulang sehingga mengakibatkan kerapuhan tulang. Terjadinya osteoporosis secara seluler disebabkan oleh karena jumlah dan aktivitas sel osteoklas melebihi dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas (sel pembentukan tulang). Keadaan ini mengakibatkan penurunan massa tulang.
Dalam tugas akhirnya Wisnu Wardana mengatakan bahwa ada banyak sekali factor yang dapat menyebabkan osteoporosis, yaitu:
1)      Usia
Semua bagian tubuh berubah seiring dengan bertambahnya usia, begitu juga dengan rangka tubuh. Mulai dari lahir sampai kira-kira usia 30 tahun, jaringan tulang yang dibuat lebih banyak daripada yang hilang. Tetapi setelah usia 30 tahun situasi berb alik, yaitu jaringan tulang yang hilang lebih banyak daripada yang dibuat. Tulang mempunyai 3 permukaan, atau bisa disebut juga dengan envelope, dan setiap permukaan memiliki bentuk anatomi yang berbeda. Permukaan tulang yang menghadap lubang sumsum tulang disebut dengan endosteal envelope, permukaan luarnya disebut periosteal envelope, dan diantara keduanya terdapat intracortical envelope. Ketika masa kanak-kanak, tulang baru terbentuk pada periosteal envelope. Anak- anak tumbuh karena jumlah yang terbentuk dalam periosteum melebihi apa yang dipisahkan pada permukaan endosteal dari tulang kortikal. \
Pada anak remaja, pertumbuhan menjadi semakin cepat karena meningkatnya produksi hormon seks. Seiring dengan meningkatnya usia,  pertumbuhan tulang akan semakin berkurang. Proporsi osteoporosis lebih rendah pada kelompok lansia dini (usia  55-65  tahun)  daripada  lansia  lanjut (usia 65-85 tahun). Peningkatan usia memiliki hubungan dengan  kejadian  osteoporosis.  Jadi terdapat  hubungan  antara osteoporosis dengan peningkatan usia. Begitu juga dengan fraktur osteoporotik akan meningkat dengan bertambahnya usia. Insiden fraktur pergelangan tangan meningkat secara bermakna setelah umur 50, fraktur vertebra meningkat setelah umur 60, dan fraktur panggul sekitar umur 70.9 
2)      Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis. Wanita secara signifikan memilki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis. Pada osteoporosis primer, perbandingan antara wanita dan pria adalah 5 : 1. Pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis sekunder, yaitu sekitar 40-60%, karena akibat dari hipogonadisme, konsumsi alkohol, atau pemakaian kortikosteroid yang berlebihan.25 Secara keseluruhan perbandingan wanita dan pria adalah 4 : 1.
3)      Ras
Pada umumnya ras Afrika-Amerika memiliki massa tulang tertinggi, sedangkan ras kulit putih terutama Eropa Utara, memiliki massa tulang terendah. Massa tulang pada ras campuran Asia-Amerika berada diantara keduanya.(24) Penelitian menunjukkan bahwa, bahkan pada usia muda terdapat perbedaan antara anak Afrika-Amerika dan anak kulit putih. Wanita Afrika-Amerika umumnya memiliki massa otot yang lebih tinggi. Massa tulang dan massa otot memiliki kaitan yang sangat erat, dimana semakin berat otot, tekanan pada tulang semakin tinggi sehingga tulang semakin besar. Penurunan massa tulang pada wanita Afrika-Amerika yang semua cenderung lebih lambat daripada wanita berkulit putih. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan hormon di antara kedua ras tersebut.
Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa wanita yang berasal dari negara-negara Eropa Utara, Jepang, dan Cina lebih mudah terkena osteoporosis daripada yang berasal dari Afrika, Spanyol, atau Mediterania.
4)      Riwayat Keluarga
Faktor genetika juga memiliki kontribusi terhadap massa tulang. Penelitian terhadap pasangan kembar menunjukkan bahwa puncak massa tulang di bagian pinggul dan tulang punggung sangat bergantung pada genetika. Anak perempuan dari wanita yang mengalami patah tulang osteoporosis rata-rata memiliki massa tulang yang lebih rendah daripada anak seusia mereka (kira-kira 3-7 % lebih rendah). Riwayat adanya osteoporosis dalam keluarga sangat bermanfaat dalam menentukan risiko seseorang mengalami patah tulang.
5)      Indeks Massa Tubuh
Berat badan yang ringan, indeks massa tubuh yang rendah, dan kekuatan tulang yang menurun memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh wanita. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa efek berat badan terhadap massa tulang lebih besar pada bagian tubuh yang menopang berat badan, misalnya pada tulang femur atau tibia.
Estrogen tidak hanya dihasilkan oleh ovarium, namun juga bisa dihasilkan oleh kelenar adrenal dan dari jaringan lemak. Jaringan lemak atau adiposa dapat mengubah hormon androgen menjadi estrogen. Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki oleh wanita, semakin banyak hormon estrogen yang dapat diproduksi. Penurunan massa tulang pada wanita yang kelebihan berat badan dan memiliki kadar lemak yang tinggi, pada umumnya akan lebih kecil. Adanya penumpukan jaringan lunak dapat melindungi rangka tubuh dari trauma dan patah tulang.
6)      Aktifitas Fisik
Latihan beban akan memberikan penekanan pada rangka tulang dan menyebabkan tulang berkontraksi sehingga merangsang pembentukan tulang. Kurang aktifitas karena istirahat di tempat tidur yang berkepanjangan dapat mengurangi massa tulang. Hidup dengan aktifitas fisik yang cukup dapat menghasilkan massa tulang yang lebih besar. Itulah sebabnya seorang atlet memiliki massa tulang yang lebih besar dibandingkan yang non-atlet. Proporsi  osteoporosis  seseorang yang  memiliki  tingkat  aktivitas  fisik  dan  beban pekerjaan harian tinggi saat berusia 25 sampai 55  tahun  cenderung  sedikit  lebih  rendah  daripada  yang memiliki aktifitas fisik tingkat  sedang  dan rendah.
7)      Pil KB
Terdapat beberapa bukti bahwa wanita yang menggunakan pil KB untuk waktu yang lama memiliki tulang yang lebih kuat daripada yang tidak mengkonsumsinya. Kontrasepsi oral mengandung kombinasi estrogen dan progesteron, dan keduanya dapat meningkatkan massa tulang. Hormon tersebut dapat melindungi wanita dari berkurangnya massa tulang dan bahkan merangsang pembentukan tulang.
8)      Densitas Tulang
Densitas masa tulang juga berhubungan dengan risiko terjadinya fraktur. Setiap penurunan 1 SD, berhubungan dengan risiko peningkatan fraktur sebesar 1,5 - 3,0 kali. Faktor usia juga menjadi pertimbangan dalam menentukan besarnya risiko menurut densitas tulang.
9)      Penggunan kortikosteroid
Kortikosteroid banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit, terutama penyakit autoimun, namun kortikosteroid yang digunakan dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis sekunder dan fraktur osteoporotik. Kortikosteroid dapat menginduksi terjadinya osteoporosis bila dikonsumsi lebih dari 7,5 mg per hari selama lebih dari 3 bulan. Kortikosteroid akan menyebabkan gangguan absorbsi kalsium di usus, dan peningkatan ekskresi kalsium pada ginjal, sehingga akan terjadi hipokalsemia.
Selain berdampak pada absorbsi kalsium dan ekskresi kalsium , kortikosteroid juga akan menyebabkan penekanan terhadap hormon gonadotropin, sehingga produksi estrogen akan menurun dan akhirnya akan terjadi peningkatan kerja osteoklas. Kortikosteroid juga akan menghambat kerja osteoblas, sehingga penurunan formasi tulang akan terjadi. Dengan terjadinya peningkatan kerja osteoklas dan penurunan kerja dari osteoblas, maka akan terjadi osteoporosis yang progresif.
10)  Menopause
Wanita yang memasuki masa menopause akan terjadi fungsi ovarium yang menurun sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron juga menurun. Ketika tingkat estrogen menurun, siklus remodeling tulang berubah dan pengurangan jaringan tulang akan dimulai. Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat remodeling tulang yang normal. Tingkat resorpsi tulang akan menjadi lebih tinggi daripada formasi tulang, yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Sangat berpengaruh terhadap kondisi ini adalah tulang trabekular karena tingkat turnover yang tinggi dan tulang ini sangat rentan terhadap defisiensi estrogen. Tulang trabekular akan menjadi tipis dan akhirnya berlubang atau terlepas dari jaringan sekitarnya. Ketika cukup banyak tulang yang terlepas, tulang trabekular akan melemah.
11)   Merokok
Tembakau dapat meracuni tulang dan juga menurunkan kadar estrogen, sehingga kadar estrogen pada orang yang merokok akan cenderung lebih rendah daripada yang tidak merokok. Wanita pasca menopause yang merokok dan mendapatkan tambahan estrogen masih akan kehilangan massa tulang. Berat badan perokok juga lebih ringan dan dapat mengalami menopause dini ( kira-kira 5 tahun lebih awal ), daripada non-perokok. Dapat diartikan bahwa wanita yang merokok memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis dibandingkan wanita yang tidak merokok.
12)     Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan selama bertahun-tahun  mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kebiasaan meminum alkohol lebih dari 750 mL per minggu mempunyai peranan penting dalam penurunan densitas tulang.  Alkohol dapat secara langsung meracuni jaringan tulang atau mengurangi massa tulang karena adanya nutrisi yang buruk. Hal ini disebabkan karena pada orang yang selalu menonsumsi alkohol biasanya tidak mengkonsumsi makanan yang sehat dan mendapatkan hampir seluruh kalori dari alkohol. Disamping akibat dari defisiensi nutrisi, kekurangan vitamin D juga disebabkan oleh terganggunya metabolisme di dalam hepar, karena pada konsumsi alkohol berlebih akan menyebabkan gangguan fungsi hepar.
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:
1)      Tinggi badan berkurang
2)      Bungkuk atau bentuk tubuh berubah
3)      Patah tulang
4)      Nyeri bila ada patah tulang (Tandra, 2009).

2.3  Cara Mencegah Osteoporosis
Karena osteoporosis dapat menyerang semua manusia, maka banyak orang menelitidan akhirnya menemukan beberapa cara untuk mencegah penyakit osteoporosis. Antara lain yaitu:
1)      Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia 1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
2)      Paparan sinar matahari
Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari selama 20-30 menit, 3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang (Ernawati, 2008).
3)      Melakukan olahraga dengan beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya hidup santai, mulailah berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting adalah melakukannya dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis.

2.4  Osteoarthritis
Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan. Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang umumnya terjadi pada dewasa madya dan lansia dengan gangguan pada sendi dan mempunyai gejala utama nyeri kronik (Nevitt, Felson dan Laster, 2011). Soeroso etal., (2006) menyatakan bahwa prevalensi osteoartritis radiologis di Indionesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria, dan 12.7% pada wanita dan diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoartritis.
Osteoarthritis ditemukan oleh American College of Rheumatology sebagai sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif dan progresif yang mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami osteoarthritis.
Di antara lebih dari  100 jenis  kondisi-kondisi radang sendi yang berbeda, osteoarthritis adalah yang paling umum, mempengaruhi lebih 20 juta orang di dalam Amerika Serikat. Osteoarthritis terjadi lebih sering sejalan dengan usia. sebelum usia 45 tahun, osteoarthritis terjadi lebih sering terjadi pada pria-pria. Setelah usia 55 tahun, itu terjadi lebih sering pada wanita. 

2.5  Penyebab Osteoarthritis
Osteoarthritis kebanyakan dihubungkan dengan penuaan. Dengan penuaan, kadar air dari tulang rawan meningkat dan protein dari tulang rawan merosot. Penggunaan berulang dari sendi dari tahun ke tahun mengganggu tulang rawan, menyebabkan nyeri dan bengkak. Pada akhirnya, tulang rawan mulai merosot dengan pengelupasan atau membentuk celah gleser kecil. Di dalam kasus-kasus yang lebih parah, akan terjadi kehilangan total bantal tulang rawan antara tulang-tulang dari sendi. Hilangnya bantalan tulang rawan menyebabkan pergeseran antara tulang-tulang, mendorong ke arah nyeri dan pembatasan mobilitas sendi. Peradangan tulang rawan dapat juga merangsang pertumbuhan tulang baru untuk membentuk di sekitar sendi. Osteoarthritis dapat ditemukan pada para anggota yang ganda dari keluarga yang sama, dengan kata lain osteoarthritis dapat terjadi karena factor keturunan.
Selain karena faktor penuaan, kerusakan tulang rawan bisa juga disebabkan faktor lain. Seperti trauma, gangguan hormon atau pemakaian tulang yang berlebihan. Osteoarthritis banyak menimpa perempuan, meski ditemukan juga beberapa kasus pada laki-laki, terjadi pada banyak perempuan karena berhubungan dengan menopause. Pada periode ini, hormon estrogen tidak berfungsi lagi, Sementara salah satu fungsi hormon ini adalah untuk menjaga massa tulang.

2.6  Cara Mencegah Osteoarthritis
Pengobatan atau treatment yang dapat dilakukan untuk penderita osteoarthritis diantaranya dengan mengurangi berat badan dan menghindari aktiitas yang akan mengakibatkan stress berlebihan pada sambungan tulang rawan.Tujuan dari pengobatan ini adalah mengurangi rasa sakit dan peradangan juga meningkatkan dan memperbaiki fungsi sambungan. Beberapa penderita tidak merasakan atau sedikit merasakan nyeri. Cara lain yang dilakukan adalah dengan istirahat, olahraga dan pengurangan berat badan, terapi fisik dengan alat-alat yang mendukung. Upaya lain dalam pengobatan adalah dengan suntik sendi.





















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit Osteoporosis (OP) atau pengeroposan tulang adalah berkurangnya ketebalan tulang dan rusaknya mikroarsitektur tulang menjadikan tulang mudah patah. Tulang yang kita miliki selalu berubah yaitu ada yang dirusak dan ada pembentukan tulang baru sebagai penggantinya. Tulang dengan masa yang makin berkurang itu akan rentan terhadap kejadian patah tulang walaupun diakibatkan oleh benturan ringan. Pada kenyataannya, patah tulang ini mungkin merupakan salah satu pertanda adanya OP.
Penyebab utama osteoporosis adalah gangguan dalam remodeling tulang sehingga mengakibatkan kerapuhan tulang. Selain itu usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, indeks massa tubuh, latihan fisik, pil KB, densitas tulang, penggunaan kortikosteroid, menopause, rokok, dan minuman keras juga dapat menyebabkan osteoporosis.
Cara mencegah osteoporosis dapat dengan mengkonsumsi asupan kalsium yang cukup, paparan sinar matahari juga bisa mencegah osteoporosis, dan melakukan olahraga dengan beban yang seimbang.
Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan. Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang umumnya terjadi pada dewasa madya dan lansia dengan gangguan pada sendi dan mempunyai gejala utama nyeri kronik (Nevitt, Felson dan Laster, 2011). Osteoarthritis ditemukan oleh American College of Rheumatology sebagai sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.
Osteoarthritis kebanyakan dihubungkan dengan penuaan. Dengan penuaan, kadar air dari tulang rawan meningkat dan protein dari tulang rawan merosot. Penggunaan berulang dari sendi dari tahun ke tahun mengganggu tulang rawan, menyebabkan nyeri dan bengkak. Selain karena faktor penuaan, kerusakan tulang rawan bisa juga disebabkan faktor lain. Seperti trauma, gangguan hormon atau pemakaian tulang yang berlebihan.
Pengobatan atau treatment yang dapat dilakukan untuk penderita osteoarthritis diantaranya dengan mengurangi berat badan dan menghindari aktiitas yang akan mengakibatkan stress berlebihan pada sambungan tulang rawan.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjoro, Sara Listyani. 2010. HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN DERAJAT OSTEOARTRITIS LUTUT MENURUT KELLGREN DAN LAWRENCE. Semarang: Universitas Diponegoro

Lumbantoruan, Septa Meriana dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap. HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN STRES PASIEN OSTEOARTRITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Medan: Universitas Sumatra Utara

Mulyaningsih, Farida. 2008. MENCEGAH DAN MENGATASI OSTEOPOROSIS DENGAN BEROLAHRAGA. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Sumual, Angela Sarah, Vennetia R Danes, dan Fransiska Lintong. PENGARUH BERAT BADAN TERHADAP GAYA GESEK DAN TIMBULNYA OSTEOARTHRITIS PADA ORANG DI ATAS 45 TAHUN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO. Manado: Universitas Sam Ratulangi

Wardhana,Wisnu. 2012.  FAKTOR – FAKTOR RISIKO OSTEOPOROSIS PADA PASIEN DENGAN USIA DI ATAS 50 TAHUN.  Semarang: Universitas Diponegoro

Yulia, Cica dan Sri Darningsih. HUBUNGAN KALSIUM DENGAN RICKETSIA, OSTEOMALACIA DAN OSTEOARTHRITIS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar